Beranda | Artikel
Tata Cara Shalat Tahajud dan Witir
Rabu, 15 Juli 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Zainal Abidin Syamsudin

Tata Cara Shalat Tahajud dan Witir merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah Syarh Bulughul Maram yang disampaikan oleh Ustadz Zainal Abidin Syamsudin, Lc., M.M. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Rabu, 24 Dzulqa’dah 1441 H / 15 Juli 2020 M.

Kajian Hadits Tentang Tata Cara Shalat Tahajud dan Witir

Kita akan membahas tata cara shalat tahajud dan witir dari hadits yang diturunkan oleh Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar dari Abdullah ibnu ‘Umar. Abdullah ibnu ‘Umar diantara para sahabat yang paling banyak dalam meriwayatkan hadits. Imam Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan secara muttafaqun ‘alaih kurang lebih 168 hadits, diantaranya adalah hadits yang akan kita bahas ini.

Suatu hadits distatuskan muttafaqun ‘alaih kalau Imam Bukhari dan Imam Muslim sepakat mengambil dari satu perawi dari kalangan sahabat, yaitu Ibnu ‘Umar atau ‘Aisyah atau Abdullah ibnu Mas’ud, itu namanya muttafaqun ‘alaih.

Dari Abdullah Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى

Ini memberikan makna “tata cara”. Sehingga Imam Malik menegaskan tidak boleh dengan cara selain itu, harus dengan dua dua. Siapa yang shalat malam dengan cara selain dua adalah menyelisihi sunnah. Itu kata Imam Malik. Hal ini karena ada hadits:

ما صلاة الليل إلا مثنى مثنى

“Tidak ada shalat malam kecuali dengan dua dua.” Ini adalah lafadz yang dipegang oleh Imam Malik.

Namun ini dibantah oleh jumhur ulama, dimana hal ini bertentangan dengan praktek Rasulullah, dimana Rasulullah shalat pernah tidak salam kecuali pada rakaat 9, pernah shalat 7, bahkan pernah shalat 5. Berarti di sini hanya sekedar pilihan.

Dari kalimat صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى dipahami oleh Syaikh Muhammad Ibnu Shalih Al-Utsaimin bahwa shalat malam adalah jenis dari shalat mutlak. Sehingga dua, dua, dua, sampai tidak terbatas. Maka pada zaman ‘Umar bin Abdul ‘Aziz, Makah dan Madinah shalat sampai 36 rakaat.

Lalu bagaimana dengan hadits Rasulullah atau riwayat yang diusung oleh ‘Aisyah yang mengatakan:

مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً

Maksudnya di sini yang dilihat oleh ‘Aisyah pada umumnya. Karena pada kenyataannya Rasulullah tidak konstan shalat 11 rakaat. Bahkan beliau pernah shalat 7 sambil duduk. Makanya kata ‘Aisyah:

لَا تَدَعْ قِيَامَ اللَّيْلِ ‍ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لَا يَدَعُهُ ، وَكَانَ إِذَا مَرِضَ ، أَوْ كَسِلَ ، صَلَّى قَاعِدًا

“Kalau Rasulullah sakit atau lagi lemah, beliau shalat sambil duduk.”

Saudaraku, diantara kita lepas dari kekayaan yang paling tertinggi yang selama ini dimiliki oleh para ulama, yaitu tahajud, qiyamul lail, witir meski hanya satu rakaat. Karena Rasulullah mengatakan:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِوَاحِدَةٍ فَلْيَفْعَلْ

“Barangsiapa yang ingin witir sekali saja silahkan.”

Sambil mendoakan guru-guru antum, teman-teman antum, murid-murid antum. Bahkan Imam Ahmad setiap tahajud tidak lepas mendoakan teman-temannya. Adakah kita menyisihkan dari doa kita:

اللهم اجعل طلابنا وطالباتنا من المتقين الصالحين الناجحي

Kita kurang memahami dahsyatnya doa. Kita lebih mengandalkan sebab-sebab manusiawi, kita sering menelantarkan sebab-sebab langit. Padahal Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam diberi Allah anak berkat doa. Ada tiga orang yang terjebak dalam gua dimana mulut gua tertutup dengan batu yang sangat besar, mereka lolos karena doa. Nabi Yunus ‘Alaihis Salam juga keluar dari perut ikan dengan selamat karena berkat doa, terutama doa diakhir malam.

Lihat juga: Kisah Tiga Orang Yang Bertawasul Kepada Allah Melalui Amal Shalih

Bagaimana penjelasan lengkapnya dan bagaimana kiat-kiat agar kita bisa melakukan qiyamul lail? Download dan simak mp3 kajiannya.

Download mp3 Kajian Tentang Tata Cara Shalat Tahajud dan Witir


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48730-tata-cara-shalat-tahajud-dan-witir/